Pengertian Kompensasi Insentif
1. Pengertian Kompensasi
Malayu S. P. Hasibuan (2005:118) mengemukakan bahwa,
“kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk bukan uang, barang langsung
atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan”.
Menurut William B. Werther dan Keith Davis mengemukakan
bahwa “kompensasi adalah apa saja yang seorang pekerja terima sebagai balasan
dari pekerjaan yang diberikannya, baik upah perjam atau gaji periodik didesain
dan dikelola oleh bagian personalia”. (Malayu S. P. Hasibuan 2005:119)
Menurut F. Sikula mengemukakan bahwa “kompensasi adalah
segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap sebagai suatu balas jasa atau
equivalen”. (Malayu S. P. Hasibuan 2005:119)
2. Pengertian Insentif
Ada beberapa pengertian insentif yang dikemukakan oleh para
ahli, diantaranya yang dikemukakan oleh Harsono ( 1983 :128) bahwa insentif
adalah setiap sistem kompensasi dimana jumlah yang diberikan tergantung dari
hasil yang dicapai yang berarti menawarkan suatu insentif kepada pekerja untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Sementara itu menurut Heidjrachman dan Husnan (
1992 :161) mengatakan bahwa pengupahan insentif dimaksudkan untuk memberikan
upah atau gaji yang berbeda. Jadi dua orang karyawan yang mempunyai jabatan
yang sama bisa menerima upah yang berbeda dikarenakan prestasi kerja yang
berbeda. “Insentif sebagai sarana motivasi dapat diberikan batasan perangsang
ataupun pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada pekerja agar dalam diri
mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi
organisasi.”(Sarwoto, 1983 :144) Jadi pada dasarnya insentif merupakan suatu
bentuk kompensasi yang diberikan kepada karyawan yang jumlahnya tergantung dari
hasil yang dicapai baik berupa finansial maupun non finasial. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong karyawan bekerja lebih giat dan lebih baik sehingga
prestasi dapat meningkat yang pada akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai.
Tujuan Pemberian Insentif
Menurut Panggabean (2004 : 89) tujuan
insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada karyawan.
Selanjutnya Ranupandojo dan Suad Husnan (1982 : 162) dalam bukunya Manajemen
Personalia bahwa tujuan pemberian insentif adalah a. Mempertahankan karyawan
yang berprestasi untuk tetap dalam perusahaan, b. Memberikan kegairahan untuk
menaikkan produktifitas, c. Memberikan perangsang dalam usaha mencapai
kedisiplinan kerja karyawan yang utuh, d. Untuk meningkatkan OutPut, e.
Menambah penghasilan dari pada karyawan. Dalam suatu perusahaan setiap karyawan
dalam melakukan suatu kegiatan mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut disebabkan karena kebutuhan manusia bermacam-macam dan
selalu merasa tidak puas dalam keadaannya sekarang. Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya maka diperlukan penghasilan tambahan bagi karyawan. Sehingga hal
tersebut perlu diperhatikan oleh pimpinan sebuah perusahaan.
Tujuan
utama dari pemberian insentif ini sebenarnya untuk merangsang atau memberikan
dorongan kepada karyawan supaya mau melaksanakan pekerjaannya melebihi standart
yang telah ada atau melebihi kemampuan rata-rata. Karena tujuan perusahaan
merupakan suatu hal yangpenting bagi perusahaan maka perusahaan akan melakukan
berbagai cara untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan tersebut.
DESAIN
SISTEM INSENTIF
Dalam bagian ini, kami membahas tiga
desain pilihan yang berhubungan dengan system desain, sejauh ini imbalan
ditentukan dengan formula, bentuk dari fungsi insentif-kinerja, dan ukuran dari
pembayaran insentif.
1.
Formula
insentif
Tipe dari imbalan yang diberikan dan
didasarkan pada apa yang biasanya dikomunikasikan untuk pengambil bagian dalam
rencana insentif pada formula insentif dan menjelaskan kontrak insentif yang
mungkin ditulis secara detail, ini biasanya terjadi pad kasus rencana bonus
tahunan pada sebagian besar organisasi.
2.
Bentuk
fungsi insentif
Ketika imbalan yang dijanjikan
diformulasikan, hubungan antara imbalan dan dasar penghargaan sering kali
ditentukan oleh imbalan-hasil atau fungsi insentif-kinerja. Pada tingkat pusat
laba, sebagia besar perusahaan menentukan batas bawah atau ambang yang lebih
rendah pada kontrak insentif jangka pendek.
3.
Ukuran
pembayaran insentif
Oleh karena karyawan hampir selalu
menilai uang, pembayaran variabel yang proporsinya signifikan seharusnya dapat
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan kinerja. Lebih jauh lagi, paket
kompensasi yang menawarkan pembayaran lebih signifikan tergantung pada kinerja
(pada risiko pembayaran atau pembayaran untuk kinerja) tampaknya menarik
karyawan yang percaya diri mengenai kemampuan mereka untuk membuat hasil dan
atau keinginan lebih untuk menerima risiko. Dalam hal ini, tipe paket
kompensasi yang ditawarkan memenuhi peran seleksi karyawan.
KRITERIA
UNTUK MENGEVALUASI SISTEM INSENTIF
Untuk mengevaluasi system insentif,
harus diperhatikan kriteria berikut. Pertama haruslah memiliki nilai. Imbalan
yang tidak bernialai tidak akan memberikan motivasi. Bagaimanapun juga, selera
terkait imbalan bervariasi pada masing – masing orang. Dibandingkan dengan
manajer puncak, manajer pada tingkat yang lebih rendah mungkin lebih tertarik
pada perlindungan otonomi mereka dan perbaikan kemungkinan untuk promosi dan
sebagai tambahan adalah ukuran pendapatan dalam jangka pendek (setelah gaji
pokok mereka terjamin). Bagi karayawan, yang penting bagi karier ke depan dan
mungkin yang lebih diperhatikan adalah kemanan kerja dan masih banyak hal
lainnya.
Insentif
Keuangan dan Kriteria evaluasi
Imbalan uang dapat memberikan pengaruh
yang ampuh pada prilaku karyawan karena sangat jelas setiap orang menghargai
uang .uang dapat membeli barang dan jasa yang dapat memuaskan keinginan yang
paling mendesak bagi setiap karyawan,sebagai contohnya saja kita tidak bisa
membayar tagihan perawatan gigi dengan kristal yang berasal dari
waterford(perusahaan pembuat kristal ternama)
Jenis-JenisTipeInsentif
Menurut Sarwoto (2000:144) secara garis besar jenis
insentif dapat digolongkan menjadi dua :
1.
Insentif material
Ada bermacam-macam cara dalam memberikan balas jasa
kepada karyawan untuk pekerjaan yang telah dilaksanakan. Balas jasa seseorang
pekerja dapat didasarkan pada:
a.
Waktu
b.
Berwujud gaji dengan jumlah tertentu yang dibayarkan
perbulan kepada seorang karyawan. Cara ini dapat digunakan bilaman sulit atau
mahal biayanya untuk mengukur hasil pekerjaan karyawan yanng bersangkutan.
c.
Hasil pekerjaan
d.
Diwujudkan dalam bentuk pembayaran yang dibayarkan
berdasarkan besar kecilnya hasil pekerjaan.
e.
Gabungan waktu
f.
Diwujudkan dalam bentuk kombinasi antara waktu dengan
hasil pekerjaan yang dihasilkan pekerja yang dilaksanakan dengan baik.
Insentif
material dapat diberikan dalam bentuk:
1.
Uang
Insentif material yang berbentuk uang dapat diberikan
dalam berbagai macam, antara lain:
a) Bonus
1. Uang yang
dibayar sebagai balas jasa atas hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan
2.
Diberikan secara selektif dan khusus kepada pekerja
yang berhak menerimanya
3.
Diberikan sekali terima tanpa sesuatu ikatan dimasa
yang akan datang
b) Komisi
1.
Merupakan sejenis bonus yang dibayarkan kepada pihak
yang menghasilkan pekerjaan yang baik
2.
Lazimnya dibayarkan sebagai bagian dari pada penjualan
dan diterima kepada pekerja bagian penjualan
c) Profit sharing
Dalam hal
pembayaran dapat diikuti macam-macam pola, tetapi biasanya mencakup pembayaran
berupa sebagian dari laba bersih yang disetorkan kedalam sebuah dana dan
kemudian dimasukkan kedalam daftar pendapatan setiap karyawan.
d) Kompensasi yang
ditangguhkan
Ada dua macam program balas jasa yang mencakup
pembayaran dikemudian hari yaitu pensiun dan pembayaran kontraktual. Pensiun
mempunyai nilai insentif karena memenuhi salah satu kebutuhan pokok manusia
yaitu menyediakan jaminan sosial ekonomi setelah berhenti bekerja. Pembayaran
kontraktual adalah pelaksanaan perjanjian antara perusahaan dan karyawan dimana
karyawan setelah selesai masa kerja akan dibayarkan sejumlah uang tertentu
selama periode waktu yang telah ditentukan.
2. Jaminan sosial
Insentif material yang diberikan dalam bentuk jaminan
sosial yang lazimnya diberikan secara kolektif, tidak ada unsur kompetitif atau
persaingan, setiap karyawan dapat memperolehnya sama rata dan otomatis.
Bentuk jaminan sosial ada beberapa macam antara lain:
a. Pemberian rumah
dinas
b. Pengobatan secara
cuma-cuma
c. Berlangganan
surat kabar atau majalah secara gratis
d. Cuti sakit dan
melahirkan dengan tetap mendapatkan pembayaran gaji
e. Pemberian tugas
belajar (pendidikan dan pelatihan)
f. Pemberian
piagam pembayaran
g. Kemungkinan untuk
membayar secara angsuran oleh karyawan atas pembelian barang-barang dari
koperasi perusahaan
2. Insentif non-material
Insentif
non-material dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk, antara lain:
a. Pemberian gelar
(title) secara resmi.
b. Pemberian balas jasa
c. Pemberian
piagam penghargaan
d. Pemberian promosi
e. Pemberian hak
untuk menggunakan sesuatu atribut dan fasilitas perusahaan
f. Pemberian
pujian atau ucapan terima kasih secara formal maupun informal.
Penggolongan
insentif
a. Insentif Individual
Insentif individu adalah suatu program kompensasi yang
mengkaitkan bayarandengan produktivitas seseorang. Atau, dengan kata lain,
insentif individu inimemberikan kompensasi menurut penjualan, produktivitas,
atau penghematan biayayang dihubungkan dengan karyawan tertentu.Keunggulan dari
program insentif individu ini adalah bahwa kalangan karyawandapat melihat
dengan segera adanya hubungan antara apa yang mereka kerjakandengan apa yang
mereka peroleh. Namun, karena hal itu, kompetisi di antara parakaryawannya
semakin tinggi yang suatu saat dapat mencapai suatu titik yangmenghasilkan
dampak negatif, dimana para karyawan mulai melakukan persaingantidak sehat,
demi kepentingan dirinya sendiri. Sedangkan, menurut Panggabean“Insentif
individu merupakan suatu program atau rencana insentif yang bertujuanuntuk
memberikan tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapaistandar
prestasi tertentu”. Rencana insentif individu ini bisa berupa rencana
upahperpotongan dan rencana upah per jam secara langsung.Apabila produktivitas
perorangan dapat diukur, insentif individu adalah yangpaling sukses dalam
memacu kinerja melalui hubungan langsung antara kinerja danimbalan. Selain itu,
para karyawan haruslah bekerja secara mandiri antara satu denganyang lainnya,
sehingga insentif individu dapat diterapkan secara adil. Keunggulan dariprogram
ini adalah bahwa kalangan karyawan dapat melihat dengan segera adanyahubungan
antrara apa yang mereka kerjakan dengan apa yang mereka peroleh. Namunhal ini
bisa menjadi suatu masalah karena dapat menimbulkan kompetisi diantara
parakaryawan yang akhirnya pada suatu titik dapat menimbulkan hal yang negatif.
Program insentif individu ini pula, terkadang sukar untuk dilaksanakan karena
untukmenghasilkan sebuah produk dibutuhkan kerja sama atau ketergantungan
dariseseorang dengan orang yang lain.Program insentif individu ini meliputi
beberapa macam, antara lain:
1. Piece Rate incentive
Adalah suatu sistem pembayaran berdasarkan pada jumlah benda
yangdiproses oleh setiap pekerja perorangan dalam ukuran unit waktu,
sepertijumlah benda perjam atau jumlah benda perhari (Dessler, 2005). Dengan
katalain, individu karyawan dibayar untuk setiap barang yang dihasilkannya. Piecerate
incentive atau yang sering disebut dengan rencana piece work ini,
jugamerupakan rencana insentif tertua dan masih yang paling
luasdigunakan.Misalnya, dalam hal membagi upah perjam pekerja dengan
standarjumlah unit yang harus dihasilkannya dalam satu jam.Lalu untuk tiap
unityang dihasilkan diatas dan melebihi standar ini, maka pekerja
tersebutdiberikan insentif.Bentuk insentif ini juga merupakan suatu bentuk
rangsanganindividual yang lazim untuk karyawan produksi.Para karyawan
mendapatbayaran dengan suatu tarif tetap untuk setiap unit keluaran
yangdihasilkannya.
2. Komisi
Adalah suatu progam kompensasi berupa insentif yang
didasarkan padapresentase unit atau nilai penjualan. Sistem ini lazim
diterapkan dalam pekerjaan penjualan yang memungkinkan wiraniaga untuk menerima
suatu presentase dari penerimaan brutonya. Pembayaran komisi menawarkan
suaturelasi yang jelas antara bayaran dan kinerja karyawan, dan merupakan
insentifyang efektif. Program komisi ini mudah dilaksanakan dan dibenarkan
karenatidak ada unsur subjektifnya dan imbalan murni merupakan fungsi dari
kinerja karyawan. Jika dibandingkan dengan sistem insentif lainnya, sistem ini
lebihmenuntut kendali aktif dari jajaran manajemen. Dalam hal ini para
karyawanakan bersaing satu sama lain untuk meraih penjualan masing-masing atau
untuk daerah penjualan yang paling menguntungkan. Dari sudut pandangkaryawan,
kelemahan insentif ini adalah gaji yang dibawa pulang yang tidakterduga
jumlahnya. Segala sesuatu yang berada di luar kendali karyawan,seperti cuaca,
kondisi ekonomi atau nilai mata uang dapat mempengaruhi nilaipenjualan dan
imbalan yang diterimanya.
3. Bonus
Suatu jenis pembayaran sekaligus yang diberikan karena
memenuhi sasarankinerja. Bonus didasarkan pada pencapaian sasaran objektif atau
penilaiasubjektif. Bonus dapat berupa uang tunai ataupun bentuk lainnya.
Sebagaicontoh, banyak organisasi penjualan yang secara berkala menawarkan
hadiahbonus, seperti perjalanan wisata. Bonus tidak hanya membantu
perusahaanmengendalikan biaya, namun juga mengangkat kepuasan kerja
karyawan.Perusahaan yang memberikan kenaikan gaji kepada seorang
karyawanmembuat perubahan permanent yang meningkatkan bayarannya sekarang,
dimasa depan dan pada saat pensiun. Hal ini jauh lebih berarti
daripadapembayaran bonus sekali waktu. Program ini lebih mudah
dipertahankankarena tidak memerlukan banyak dokumentasi dan sangat fleksibel.
4. Skill Based Pay
Sistem yang memberikan imbalan kepada karyawan berdasarkan
keahlianyang dimiliki oleh para karyawan dibandingkan dengan tingkat kinerja
atausenioritas. Dalam program skill based pay ini,
pekerjaan-pekerjaandikelompokkan dalam keluarga pekerjaan menurut tipe keahlian
yangdibutuhkan utnuk melaksanakannya. Dalam program ini
keluarga-keluargapekerjan dikelompokkan menurut persyaratan pengetahuan (para
karyawandibayar menurut keahlian dan pengetahuan yang mereka
demonstrasikan).Landasannya adalah pembayaran lebih banyak karena para
karyawanmenunjukkan bahwa mereka memeperoleh dan menggunakan lebih
banyakkeahlian yang berharga bagi organisasi/perusahaan. Kelemahan dari sistem
iniantara lain, biaya pelatihan yang mahal, keahlian yang dibutuhkan oleh parakaryawan
adalah keahlian khusus, dan untuk menguasai keahlian ini perludilakukan
pelatihan dalam perusahaan, serta biaya pembuatan progam danberkurangnya
produksi selama para karyawan mengikuti pelatihanmenyebabkan program ini
menjadi sistem yang sangat mahal.Dilihat dari arah insentif individual,
insentif ini dibagi menjadi dua, yaitu:
b. Insentif Kelompok
Program ini adalah program bagi hasil dimana anggota
kelompok yang memenuhis yarat tertentu saling berbagi hasil yang
diukur dari kinerja yang diharapkan.Pembayaran insentif individu acapkali sukar
untuk dilakukan karena untukmenghasilkan sebuah produk dibutuhkan kerja sama
atau ketergantungan dariseseorang dengan orang yang lain. Oleh sebab itu,
insentif akan diberikan kepadakelompok kerja apabila kinerja mereka juga
melebihi standar yang telah ditetapkan.Para anggotanya dapat dibayarkan dengan
tiga cara, yaitu:
1. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan
pembayaran yangditerima oleh mereka yang paling tinggi prestasi kerjanya.
2. Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama
dengan pembayaranyang diterima oleh karyawan yang paling rendah prestasinya.
3. Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan
rata-rata pembayaranyang diterima oleh kelompok.
c. Insentif Organisasi
Sementara itu insentif organisasi diberikan kepada semua
anggotaorganisasi.Biasanya bentuk insentif ini berupa bagi hasil/gain
sharing, pembagiankeuntungan/profit sharing, dan kepemilikan saham
perusahaan. Program ini bertujuanuntuk mengurangi persaingan antar individu dan
kelompok/team serta untukmeningkatkan kerjasama diantara anggota organisasi,
sehingga dapat menghasilkankinerja yang lebih baik yang pada gilirannya akan
menuju pada kinerja finansial yangbaik pula.
G. Syarat-SyaratPemberianInsentif
Menurut Panggabean (2002:92) syarat tersebut
adalah:
1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat dimengerti.
2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan untuk mereka lakukan.
1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat dimengerti.
2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan untuk mereka lakukan.
3.
Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan
yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.
4.
Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan
dasar untuk menentukan rencana insentif. Program dolar akan sia-sia (dan
program evaluasi akan terhambat), jika prestasi tertentu tidak dapat dikaitkan
dengan dolar yang dibelanjakan.
Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990 : 163) sifat dasar pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:
a. Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri.
b. Penghasilan yang diterima karyawan seharusnya langsung menaikkan output.
c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin.
d. Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun rendah dapat berakibat buruk.
e. Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990 : 163) sifat dasar pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:
a. Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri.
b. Penghasilan yang diterima karyawan seharusnya langsung menaikkan output.
c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin.
d. Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun rendah dapat berakibat buruk.
e. Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
H. Pedoman Pemberian Insentif
Menurut Cascio, yang dikutip Panggabean (2002: 92),
syaratsyaratyang patut dipenuhi dalam pemberian insentif agar dapat digunakantujuan
pemberian insentif dapat diwujudkan terdiri atas hal-hal berikut ini:a.
Sederhana. Peraturan dari sistem insentif haruslah singkat, jelas, dandapat
dimengerti, b. Spesifik. Tidak cukup hanya dengan mengatakan,hasilkan lebih
banyak atau jangan terjadi kecelakaan. Karyawan perlu tahudengan tepat apa yang
diharapkan untuk mereka lakukan, c. Dapat dicapai.Setiap karyawan seharusnya
mempunyai kesempatan yang masuk akaluntuk memperoleh sesuatu, d. Dapat diukur.
Sasaran yang dapat diukurmerupakan dasar untuk menentukan rencana insentif.
Program dolar akansia-sia (dan program evaluasi akan terhambat), jika prestasi
tertentu tidakdapat dikaitkan dengan dolar yang dibebankan.Selanjutnya
Ranupandojo dan Suad Husnan (1990: 162)berpendapat bahwa ada beberapa sifat
dasar dari pengupahan insentif yang harus dipenuhi agar sistem upah insentif
tersebut bisa berhasil sebagai berikut: a. Pembayarannya hendaknya sederhana
sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan sendiri, b. Penghasilan
yang diterima buruh hendaknya langsung menaikkan out put dan efisiensi, c.
Pembayaran hendaknya dilakukan secepat mungkin, d. Standar kerja hendaknya
ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi ataupun terlalu
rendah sama tidak baiknya, e. Besarnya upah normal dengan standar kerja per jam
hendaknya cukup merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
I.
Keunggulan dan Kelemahan Program
Insentif
Dalam program insentif tentu saja ada keunggulan dan
kelemahannya. Dan hal tersebut tidak bisa diabaikan oleh perusahan. Menurut
Simamora (2004: 520 ) program insentif memiliki kelemahan dan keunggulan
sebagai berikut : a). Keunggulan – keunggulan insentif. (1) Sistem ini
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktifitas, memangkas biaya-biaya
produksi dan meningkatkan pendapatan, (2) Sistem ini memerlukan supervise
lngsung yang lebih kecil demi mempertahankan tingkat- tingkat keluaran
tertentu, (3) Sistem ini mendorong karyawan mengurangi waktu yang hilang dan
membut penggunaan waktu dan peralatan yang lebih efektif, (4) Mereka dapat
menghasilkan penentuan biaya-biaya tenaga kerja yang lebih akurat, b).
Kelemahan-kelemahan insentif. (1) Kualitas produk mungkin sangat buruk, (2)
Resiko kecelakaan kerja dapat meningkat, (3) Pelaksanaan system memerlukan
beberapa biaya tambahan, (4) Kemungkinan – kemungkinan sukses mungkin terlalu
mudah.
No comments:
Post a Comment